Mendukung Asosiasi Perempuan Revolusioner Afganistan (RAWA)

Grafiti di Kabul: “Perempuan di Afganistan dan Iran menentang kekejaman Taliban dan Mullah”

Oleh Red Sonja dan Flint (Federasi Anarkis-Komunis Timur Laut, berbasis di Amerika dan Kanada)

Pengantar Penerjemah: Artikel aslinya berjudul “Supporting The Revolutionary Women of Afghanistan”, yang pertamakali diterbitkan pada 2001 di nefac.net. Asosiasi Perempuan Revolusioner Afganistan (RAWA) adalah organisasi perempuan yang berbasis di kota Kabul, Afganistan, sebelum berpindah ke Pakistan. Pertamakali dibentuk pada 1977 oleh Meena Keshwar Kamal, seorang aktivis pelajar perempuan yang dibunuh pada Februari 1987 karena aktivitas politiknya. Meski organisasi ini ditentang baik oleh Taliban maupun Front Islam Bersatu (Aliansi Utara), ia jadi salah satu corong oposisi yang vokal menentang seluruh rezim yang pernah berdiri di Afganistan hingga saat ini. Tulisan ini diterjemahkan untuk Kontra-Media di Indonesia, sebagai bagian untuk memahami konteks gerakan perempuan menyusul dengan kebangkitan kembali rezim Taliban setelah militer AS angkat kaki dari negara tersebut pada 2021, yang terbukti memperburuk kondisi perempuan. Continue reading “Mendukung Asosiasi Perempuan Revolusioner Afganistan (RAWA)”

Wawancara dengan Persatuan Anarkis Iran dan Afghanistan

Pada 6 Agustus 2021, Anarkis di London pergi ke Kedutaan Besar dan Konsulat Iran untuk menampilkan spanduk dan membagikan selebaran untuk menunjukkan solidaritas dengan pemberontakan yang terjadi di Iran.
Di konsulat, setelah menempelkan brosur di pintu dan jendela, kami difilmkan dan ditanya “siapa yang membayar kami” oleh seorang anggota staf Konsulat Iran. Kami menjawab “tidak ada yang perlu membayar kami! Persetan dengan pemerintah Iran!”
Solidaritas untuk pemberontakan Iran. Untuk anarki di Iran!

AMW mewawancarai kawan-kawan dari Persatuan Anarkis Iran dan Afghanistan (Asranarshisme) tentang potensi perang antara Iran dan Amerika Serikat serta membangun solidaritas internasional dengan kaum anarkis di seluruh dunia. Continue reading “Wawancara dengan Persatuan Anarkis Iran dan Afghanistan”

“Kami Tidak Punya Pemimpin”: Pengalaman Rakyat Padarincang Mengusir Aqua

“Awalnya tidak banyak, mungkin hanya 10 persen dari total laki-laki yang turun pada saat itu. Tetapi saat istighosah dan pasca “penculikan”, perempuan lebih banyak lagi yang terlibat. Saya sebagai pemudi dan mahasiswa bangga dengan gerakan ini. Bahkan sebelumnya tidak percaya, masa sih tidak ada pemimpin dalam GRAPPAD? Namun kenyataannya setelah saya mulai terlibat lebih banyak, fakta itulah yang ada di lapangan: tidak ada pemimpin, tidak ada struktur baku serta tidak ada segelintir orang yang menggerakkan masyarakat. Dan berhasil mengusir Aqua!”

Continue reading ““Kami Tidak Punya Pemimpin”: Pengalaman Rakyat Padarincang Mengusir Aqua”

Memahami Strategi Anti Otoritarian di Era Apokaliptik

“Jangan kamu meminta formula untuk mengetahui dunia disemacam silabus layaknya cabang ranting yang bengkok. Hari ini kami hanya dapat berkata kepadamu apa yang bukan kami, dan apa yang tak kami inginkan.” -E. Montale

Apabila, misalnya, kita dihadapkan pada pertanyaan bagaimanakah seharusnya kita merespon kerusakan alam yang disebabkan oleh Bakrie Group dengan skandal lumpur Lapindonya, maka jawaban yang paling sederhana adalah dengan memberi kesadaran politis kepada masyarakat akan konsekuensi merusak dari sistem kapitalisme beserta aparatus negaranya. Menurut perspektif antiotoritarian, setidaknya ada dua cara yang umum dipakai untuk pembangunan kesadaran semacam ini. Yang pertama dilakukan dengan membangun komunikasi dua arah yang mengedepankan metode-metode pengorganisiran non-hirarkis, bebas partai politik, partisipatoris, dan formal—meski ada bentuk-bentuk informal yang cenderung lahir dari pola semacam ini, kedua-duanya lebih dicirikan pada bentuknya yang inklusif. Yang kedua memakai cara-cara konfrontatif atau insureksional dengan prinsip-prinsip yang kurang lebih sama seperti yang pertama, hanya saja yang kedua lebih mengedepankan spontanitas individual dan organisasi yang bersifat temporal, informal, serta nonkompromis. Melalui dua cara ini, masyarakat diharapkan dapat mengambil inisiatif untuk merespon secara langsung setiap kerugian serta eksploitasi yang berhubungan dengan hidup mereka. [1] Continue reading “Memahami Strategi Anti Otoritarian di Era Apokaliptik”

Solidaritas Tanpa Batas: Wawancara dengan Veronica Koman tentang West Papua

Veronika Koman (VK) adalah pengacara HAM keturunan Tionghoa yang vokal dalam pembelaannya terhadap Papua Barat (West Papua –sebutan sebagaimana dikehendaki kawan-kawan Papua).  Berikut adalah wawancara Jurnal Anarki, sebagaimana dicomot dalam Edisi Menjelang Badai yang terbit pada 2019 lalu. Setelah wawancara ini dilakukan, kerusuhan di berbagai kota di Papua terjadi. Penyebabnya, penyerangan terhadap Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Kota Surabaya, pada 17 Agustus 2019. VK yang saat itu di Australia, dijadikan kambing hitam oleh pemerintah. Penyidik Ditreskrimsus Polda Jatim telah menerbitkan surat daftar pencarian orang (DPO) terhadap Veronica Koman pada 20 September 2019. Veronica dijadikan tersangka kasus ujaran kebencian dan hoax, dan terancam dijerat UU ITE. Ia jadi salah perempuan “most wanted” negara brengsek ini karena munculnya berbagai desakan atas Kedubes Indonesia dan Interpol untuk menangkapnya.

Continue reading “Solidaritas Tanpa Batas: Wawancara dengan Veronica Koman tentang West Papua”

Bertani atau Mati: Wawancara dengan Widodo PPLP Kulonprogo

Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) mungkin adalah salah satu serikat petani paling berani di Jawa dalam artian jumlah massa yang siap melakukan bentrok dengan polisi demi mempertahankan tanah mereka. Proyek penambangan pasir besi di sepanjang pesisir selatan Kulon Progo (tepatnya mulai Pantai Trisik-Pantai Glagah) yang dilakukan oleh Jogja Magasa Iron (JMI) sejak 2006 itu, mandek sampai sekarang. Kenapa PPLP terus menolak dan nyaris tidak menyisakan ruang untuk negosiasi? Berikut wawancara KONDE dengan Widodo, salah satu pentolan PPLP pada 2010 disusul wawancara lain pada 2012. Continue reading “Bertani atau Mati: Wawancara dengan Widodo PPLP Kulonprogo”

Myanmar Naik Level: Pemberontakan Bersenjata Melawan Kudeta Militer

Myanmar berada pada bayang-bayang perang sipil dari yang sebelumnya bermula dari demonstrasi damai menjadi pertempuran jalanan. Dari berbagai video di media sosial, para demonstran mempersenjatai diri dengan senapan angin atau granat rakitan; dan di beberapa tempat, para demonstran bergabung dengan berbagai Milisi Etnik, yang sejak dua dekade terakhir telah melawan militer Myanmar di perbatasan dan pedalaman dalam memperjuangkan otonomi dan federalisme. Di beberapa tempat lagi, telah terjadi pertempuran bersenjata dan angkatan udara Myanmar membombardir milisi-milisi tersebut maupun perkampungan etnis minoritas. Tulisan ini adalah kumpulan dari berbagai reportase mengenai situasi terbaru di Myanmar pasca kudeta militer Tatmadaw dan konteks historisnya. Situasinya lebih rumit dari yang dipikir oleh para fundamentalis Islam Indonesia yang terkadang mensyukuri penderitaan saudara kita di Myanmar karena telah menindas Rohingnya.

Continue reading “Myanmar Naik Level: Pemberontakan Bersenjata Melawan Kudeta Militer”

Ngobrol dengan Anarkis Palestina

Para Aktivis Anarchists Against the Wall di Tepi Barat, mengibarkan spanduk bertuliskan “Perlawanan” dalam Bahasa Arab dan Ibrani.
“Sebenarnya aku masih berusaha menghentikan kebiasaan nasionalis,” aktivis Ahmad Nimer mencoba bercanda, saat kami berbicara di luar kedai Ramallah, sebuah kota di Palestina yang terletak di tengah Tepi Barat. Topik obrolan kami tampaknya sesuatu yang mustahil: gimana caranya hidup sebagai seorang anarkis di Palestina. “Di negara jajahan, cukup sulit untuk meyakinkan orang-orang tentang solusi non-otoritarian, yang non-negara. Kamu bisa lihat sendiri, ada cukup banyak mentalitas yang sangat antikolonial, yang secara bersamaan seringkali sangat nasionalis ,” keluh Nimer. Memang, salah satu masalah kaum anarkis di Palestina saat ini adalah supaya mereka makin diketahui. Terlepas dari aktivitas anarkis internasional dan Israel yang terkenal, tampaknya tidak ada kesadaran tentang anarkisme yang cocok di antara banyak orang Palestina sendiri.

Continue reading “Ngobrol dengan Anarkis Palestina”